Hari pertama
Sabtu, 15-12-2012
16.00-17.43 (1 jam 43 menit)
Basecamp Sempal - Terminal Bungurasih
Perjalanan dimulai dari basecamp di depan kantor kecamatan Sukodadi beranggotakan Gudel, Gorila, Ganyong, Lentho. Berjalan sampai pertigaan depan kampus Unisda untuk mendapatkan bis jurusan Bungurasih.
18.50-22.50 (4 jam)
Terminal Bungurasih – Alun-alun Besuki
Setiba di Bungurasih kami langsung mencari makanan (hati-hati makanannya pedas banget, tapi pedas merica yang menyiksa) sambil menawar harga transportasi jurusan situbondo. Pada malam hari terutama musim liburan sangat sulit mendapatkan transportasi itupun dengan harga yang mahal. Tarif yang kami dapat Rp. 50rb/orang (tarif yang ditawarkan mula-mula Rp 120rb dan berdasarkan tawar-menawar turun Rp. 100rb, 70rb, 60rb) dengan naik bis patas jurusan Denpasar tapi kami diperbolehkan turun di Besuki. Akhirnya kami mendapat bis jurusan denpasar (duduk di depan dekat sopir) dengan harga relatif murah walaupun awalnya harus menunggu proses tawar-menawar yang sengit. Dalam perjalanan kami istirahat karena lamanya perjalanan sampai 4 jam dan itupun melelahkan.
Sesampainya di alun-alun Besuki kami langsung menuju kantor polsek yang berada tidak seberapa jauh. Setelah ngobrol dan kami pun diterima sampai ditempatkan di musholah, kami bermalam tanpa mendirikan tenda.
Bis malam harus menungu jam 19.00 WIB dan 02.00 pagi dengan tarif ekonomi 40rb/orang.
Hari kedua
Minggu, 16-12-2012
06.00-06.58 (1 jam)
Kantor Polsek Besuki – Pos Perijinan Baderan
Pagi ini dimulai dengan mengambil beberapa foto sekitar lokasi yang terdapat beberapa bangunan tua, tak berapa lama prepare dan kami sudah dicarter kan len(mpu) menuju perijinan Baderan. Setibanya di Baderan kami mencari makanan di warung sebelah parkir mobil. Setelah memesan porsi biasa (padahal porsi sopir truk tapi dengan harga sangat terjangkau), kami bersiap-siap sarapan dan menuju kantor perijinan (cek perijinan, minta no. kontak, tanya-tanya kondisi serta jalur). Disini kami mendapat info tanggal 18 ada personel BKSDA gabungan Surabaya, Malang, Mojokerto dan Situbondo sejumlah 30 orang survey jalur dari baderan ke bremi.
Kantor perijinan baderan bukan di depan warung tempat pemberhentian mpu tapi agak ke atas, tepatnya di atas SDN Baderan.
08.10-15.15 (7 jam 10 menit)
Pos Perijinan Baderan – Mata Air I
Perjalanan dimulai dengan melewati jalur kanan, menyisir pinggiran desa, melewati sungai kecil dan sampai jalan makadam. Ternyata jalan biasanya menuju kekanan dari perijinan, masuk kampung dengan jalan rabat beton lalu jalan makadam, terdapat beberapa tandon air dan pancuran yang bisa untuk mengisi bekal air atau mandi, jalan berliku dan menanjak dengan view bagus. Kami berjalan mengikuti jalan makadam (punggung gunung) lalu jalan setapak (kiri kanan berupa jurang) dengan trek yang menanjak walaupun ada sedikit bonus, istirahat ½ jam di pohon besar karena hujan lebat, melanjutkan hingga menemukan tanda HM42 dipohon sebelah kanan jalan, keatas lagi ada sebuah tempat agak longgar, cukup untuk mendirikan 2 tenda.
Kami mendirikan tenda dan bermalam karena sudah mau gelap dan kondisi fisik juga sudah lelah (masih belum begitu mengenal jalur). Sebenarnya yang kami tuju adalah pos Jambangan yang berada 1 jam dari lokasi mata air I. Kami mengambil air untuk bekal dan memasak lalu langsung istirahat di dalam tenda karena mendengar suara kera yang semakin mendekat.
Di pos mata air I terdapat mata air berlokasi sebelah kiri jalan menuju ke bawah berupa sungai kecil mengalir (terdapat tanda).
Di pos ini terdapat kawanan kera (hati-hati dengan barang bawaan, lebih baik dimasukkan ke dalam tenda dengan pengawasan), sebelah kanan lokasi adalah jurang dengan banyak air terjun di sisi tebing satunya.
Hari ketiga
Senin, 17-12-2012
08.05-11.25 (3 jam 20 menit)
Pos Mata Air I – Sabana I
Pagi-pagi kami sudah memasak dan menikmati pemandangan lalu kami berfoto-foto ria, setelah prepare dan membongkar tenda kami berangkat dari pos mata air I, trek menanjak dengan vegetasi hutan hujan, banyak pohon tumbang dan kayu-kayu kering karena sisa-sisa kebakaran.
SM98 berupa trek landai sampai HM53, SM 92-93 menanjak, lalu HM7 menurun dengan 150 m jauhnya berikutnya jalur dengan kanan kiri berupa jurang, 4 kali tanjakan hutan pinus, HM 11 ada edelweis (jarak 1,5 jam dari pos mata air I), jalur berikutnya menanjak 450 sejauh 400m (disini bisa melihat kawanan kera dipohon pinus). Kami ternyata melalui sisi kiri dari jalur asli yang sudah tidak tampak karena kebakaran dan longsor.
Setelah jalur menyisir jurang, kami melalui jalur hutan hujan yang lebat pada HM71, setelah melewati pinggiran punggungan dengan vegetasi ilalang kami tiba di sabana I, di sabana I ini terdapat bunga berwarna merah yang bagus tumbuh di jalan setapak membelah sabana. Juga terdapat bulu merak. Disini juga bisa melihat ayam liar jika beruntung.
Kami istirahat di bawah pohon tunggal karena mulai gerimis, setelah memakai ponco kami melanjutkan perjalanan.
Untuk mengenal jalur bisa dengan mengikuti tanda berupa kayu atau plat bertulis SM, HM, (walaupun ada beberapa yang hilang atau roboh) serta tanda arah panah.
Hewan yang banyak ditemukan adalah kera hitam ekor panjang, beberapa spesies burung serta ulat gagak.
11.25-13.15 (1 jam 50 menit)
Sabana I – Kalimati
Setelah sabana I, memasuki hutan kembali dengan jalan menurun sampai menemui sabana berikutnya. Hal ini sampai sabana kedua (sabana besar/HM62, 1½ jam dari sabana I) dan ketiga (sabana kecil ditengah hutan, 5 menit dari sabana II) lalu tiba di kalimati (15 menit dari sabana kecil).
13.15-14.00 (45 menit)
Kalimati – Sungai Kolbu (Pos Sikasur)
Setelah perjalanan 2 kali sabana dari kalimati kami menemukan lapangan luas dengan beberapa bekas bangunan yang tinggal puing-puingnya, di sekitar terdapat beberapa ayam alas dan jalan setapak agak memutar yang berakhir di Sungai Kolbu. Disini kami membersihkan diri dengan airnya yang mengalir jernih lalu meneruskan ke pos Sikasur yang berada diatas Sungai Kolbu (berjalan menanjak sekitar 2 menit). Cuacanya agak gerimis. Kami mendirikan tenda di dalam pos lalu memasak, setelah itu menunggu sampai gelap sambil membuat minuman hangat.
Pada sore hari kami mulai berada di dalam tenda. Ada yang menarik yaitu kami menemukan seekor tikus kecil yang lincah dan begitu bersih kondisi tubuhnya, mendekat ke depan tenda dan memakan sisa nasi diatas tempat sampah yang kami bawa. Susana di sikasur begitu damai dengan diiringi suara burung merak yang bersahutan serta pemandangan sekitar yang luas berlapis kabut yang lembut. Sangat cocok untuk merefresh pikiran.
Di Sungai Kolbu terdapat selada air yang melimpah, bisa dimasak sebagai sayur.
Hewan yang bisa ditemukan adalah tikus kecil, ayam alas dan merak.
Di Sikasur ada bekas lapangan terbang Jepang dan bangunan seperti pos penjagaan serta batu yang tertata rapi di sisi atas lapangan setelah perbukitan sebelah kanan.
Hari keempat
Selasa,
18-12-2012
08.00-11.36 (3 jam 36 menit)
Sikasur - Sicentor
Pagi hari dihabiskan dengan masak dan jalan-jalan di lapangan sambil mengambil foto. Setelah puas lalu prepare buat berangkat ke pos berikutnya yaitu Sicentor.
Dari pos Sikasur mengambil jalur di sebelah kanan yang mengitari punggungan bukit, lalu terus berjalan melewati ladang pakis haji (sedang banyak tumbuh pakis haji). Jalur yang ditempuh landai lalu agak terjal. Teman kami lentho disini pertama kalinya terkena tumbuhan jelatang karena kurang hati-hati.
Trek berikutnya agak menanjak melewati 3 sabana besar lalu mengikuti tepian tebing. Karena sisa longsor dan kebakaran maka perjalanan menjadi terasa begitu berat dan penuh rintangan karena harus melalui jalan sempit dan melewati pohon besar yang banyak tumbang di tengah jalur.
Setelah jalur tepian kami tiba di penghujung jalan yang akhirnya harus turun curam sampai di sebuah sungai di pinggir Sicentor. Dari atas bukit itu sudah bisa melihat pos Sicentor.
Di Sicentor kami menaruh barang bawaan lalu mandi bersama, mengambil selada air untuk masak lalu membongkar logistik sambil mengeringkan pakaian karena basah. Kami tidak mendirikan tenda karena rencananya perjalanan dilanjutkan dan bermalam di Rawa Embik. Rencana tersebut karena menurut perhitungan kami akan lebih dekat dengan puncak dan mempunyai waktu lebih banyak di puncak nanti.
Hati-hati dijalur terdapat tanaman jelatang atau lebih dikenal dengan tanaman “jancukan” karena jika terkena bisa menimbulkan rasa sakit yang sangat, setara dengan sengatan lebah.
Di sungai Sicentor juga bisa ditemui selada air.
13.15-15.05
Sicentor – Rawa Embik
Setelah dirasa cukup, kami meneruskan perjalanan. Melalui jalur diatas Sicentor dengan jalur landai lalu agak menanjak sampai padang luas, diakhir padang itu ada batu tertata, lalu melewati hutan yang habis terbakar. Disini kami masih menemui patok penanda jalur tapi hanya sampai pada kalimati (jarak 1 jam dari Sicentor). Jalur berubah agak menanjak berulang-ulang sampai pada kalimati kedua dan setelah itu jalan menurun bukit yang berujung di Rawa Embik. Kami lalu mendirikan tenda dan membuat “cem-ceman” (makanan kecil) dari selada air yang kami bawa dari sungai Sicentor. Karena lelah, kamipun istirahat, menyiapan fisik untuk esok harinya. Malam itu cuaca di rawa embik sangat cerah dengan diterangi cahaya rembulan.
Hari kelima
Rabu, 19-12-2012
08.00-10.00
Rawa Embik – simpang tiga.
Pagi hari kami mulai dengan masak dan kegiatan lain seperti MCK dan berfoto-foto, lalu bongkar tenda dan siap-siap berangkat.
Jalur yang diambil adalah sebelah kiri (bukan menyeberangi sungai tapi arah lurus dari jalan turun ke Rawa Embik). Disekitar terdapat susunan batu besar. Jalur kemudian agak menanjak sampai bertemu kali dan diteruskan sampai ke sebuah padang sabana yang banyak terdapat edelweis. Dari sini terus 5 menit sampai pada persimpangan tiga, lurus ke Puncak Arca, kekanan menuju Puncak Argopuro, kekiri menuju Puncak Rengganis. Disini kami mengamati sebentar lalu menemukan pohon untuk menaruh karier. Membawa beberapa logistik dan bendera di tas ransel lalu mengambil arah kekanan menuju Puncak Argopuro.
hewan yang bisa dijumpai adalah kijang dan burung merak serta burung elang.
10.00-10.30
Simpang tiga - Puncak Argopuro
Jalan dari simpang tiga menuju puncak sangat terjal, dan kami ditengah perjalanan menjumpai kawanan kera. Setelah mengikuti tanda jejak (string line) kami tiba dipuncak, istirahat sebentar, mengambil foto, makan snack dan meneruskan perjalanan. Di Puncak Argopuro terdapat beberapa situs batu berundak yang tertata. Setelah 30 menit di Puncak Argopuro, kami mengambil arah lanjutan melewati jalur setapak dimana sisi kanan dan kiri adalah jurang dengan kontur terjal berbatu dan tanahnya agak mengkhawatirkan, melewati tepian beberapa bebatuan besar sambil mendaki bebatuan tersebut.
11.10-11.20
Puncak Argopuro – Puncak Arca
Sebenarnya Puncak Arca bisa langsung dicapai dari persimpangan tapi akan lebih dekat jika melewati Puncak Argopuro dulu. Setelah melalui jalan kecil dengan banyak batu besar dengan jalan agak mendaki kami sampai disebuah puing batu dimana disitu terdapat arca yang kondisinya sudah tidak utuh (tinggal tangan sebelah, bagian kaki dan tubuh). Di depannya ada bangunan semacam undakan untuk lewat bertingkat tiga dengan jalur gapura kecil. Jika ditelisik akan menuju jalur turun di arah Jember tapi juga bisa kearah Puncak Rengganis dengan melalui jalur 3 puncak. Kami mememutuskan turun lewat jalu satunya (arah turun ) yang melewati sabana menuju persimpangan kembali. Di jalur dari Puncak Arca ini jika terlena akan menuju lurus ke jalur 3 puncak, namun dari bawah pundak terakhir akan terlihat jalur turun di sisi kiri bawah menuju sabana sebelah kiri atau kembali ke simpang tiga sebagai patokan (jangan kearah sabana lembah yang mengarah ke kanan).
11.50-12.20
Simpang tiga – Puncak Rengganis
Setelah sampai di persimpangan, kami meneruskan ke Puncak Rengganis yang berada di sisi kanan jalur. Tidak ada patokan khusus, hanya mengikuti jalur pendakian yaitu terus naik sampai di lapangan berbatu, di sisi kiri akan didapati situs mirip sebuah istana yang tinggal puing dengan dua ruangan besar dan dipenuhi pohon serta semak. Ada juga kolam kering dan tugu RIP. Jika dilanjutkan mengikuti jalur akan bertemu dengan sisi bawah puncak dimana terdapat banyak belerang dengan bau yang menyengat. Dari sini ada 2 jalur, kiri dan kanan yang sama-sama menuju ke Makam Ratu Rengganis. Nah, dari makam inilah bisa dilihat lagi jalur menuju Puncak Arca di arah bawah dan dengan jalur melingkari punggungan. Puas mengabadikan momen, kamipun turun karena khawatir akan efek bau belerang yang membuat kepala agak berat.
12.30-12.45
Puncak Rengganis – Simpang tiga
Setelah turun dari puncak, kami mengambil karier yang kami ikat di pohon lalu memasak.
13.30-14.30
Simpang tiga – Rawa Embik
Setelah prepare kami memutuskan turun melalui Rawa Embik, akan tetapi kami hanya lewat karena rencananya perjalanan kami lanjutkan langsung menuju Sicentor. Hal ini mengingat kami ingin menghemat tenaga untuk besok juga mensiasati agar tidak terlalu malam tiba di Sicentor karena ada tempat bernaung. Di Rawa Embik hanya istirahat 5 menit untuk minum dan melepas lelah.
14.35-15.50
Rawa Embik – Sicentor
Karena fisik sudah kelelahan (dalam perjalanan disambut hujan rintik-rintik) kami akhirnya membuka tenda di dalam shelter Sicentor. Ishoma lalu menunggu setelah isyak baru istirahat. Pada malam harinya hujan lebat sampai atap shelterpun melayang (terbuka) karena angin kencang.
Hari keenam
Kamis, 20-12-2012
08.15-10.07
Sicentor – Padasan kali (Kali Putih)
Saat pagi terasa sejuk di Sicentor menjadikan kami semangat untuk memulai perjalanan. Setelah masak dan membersihkan diri, kami bersiap berangkat melanjutkan perjalanan. Jalur yang di ambil adalah sebelah belakang shelter Sicentor atau sebelah sisi satunya (berlawanan) dari jalur tiba serta jalur ke puncak. Dari sini melewati jalur tepian menyisir tebing sampai pada jalur yang sudah hilang. Di jalur ini kami kehilangan jejak jalur bahkan sampai terus ke arah lembah, setelah satu jam mencari tanda jejak dan tidak menemukannya, kami bermusyawarah dengan mengirim satu personil ke arah terus ke atas dan satu personil menelusuri jejak asal ke arah tanda jejak terakhir.
Kami menemukan bahwa jalur ternyata masih ada berupa jalan setapak tertutup akar sabut dan terputus karena tertutup pohon besar yang tumbang. Jalur asli menuju ke arah atas punggungan dengan jalur yang sangat menanjak dan setelahnya sedikit landai. Beberapa tikungan menyisir tebing dengan banyak semak belukar maupun tanaman jelatang kami menemukan tanda jejak kembali sampai menuju ke sebuah punggungan yang terdengar gemericik air. Air itu bersumber dari bebatuan dengan mata air kecil di sisi kanan lembah. Tak jauh sesudahnya menuju ke arah bawah akan menemukan Kali Putih. Kali Putih adalah tempat yang bisa untuk istirahat sambil mendirikan tenda dan di sebelahnya terrdapat sungai mengalir jernih di kelilingi tanaman jelatang yang lebat.
Jalur dilanjutkan dengan menyeberangi sungai lalu menyusuri sisi punggungan sampai 6 kali, setelah lembah ketujuh ambil ke bawah maka akan tiba di hutan lumut.
sebelum di hutan lumut, ada beberapa lokasi yang bisa digunakan untuk istirahat berupa lapangan kecil dikelilingi semak ilalang yang tinggi dan ada pepohonan besar, setelahnya akan ditemui sebuah lokasi di tepi punggungan (tepi tebing) dimana disitu sudah ada signal. Disini kami mencari pohon signal itu.
15.05-16.30
Hutan Lumut – Danau Taman Hidup
Saat memasuki Hutan Lumut akan disajikan pohon-pohon besar dan banyak terdapat kumpulan kera yang berkeliaran di atas pohon. Jalur terus turun lewat jalan setapak. Semakin lama semakin lebat dan selanjutnya akan tiba di sebuah sungai yang cukup lebar dimana banyak terdapat ikan. Setelah sungai akan tiba di pertigaan dengan sebuah penunjuk arah ke arah danau yang menuju ke arah kiri. Kami akhirnya melewati jalur dan tiba di Danau Taman Hidup. Kami langsung menuju ke danau dan membersihkan diri, mengambil air, menikmati suasana lalu mendirikan tenda. Tak lama kemudian kami mendapat kan teman karena ada sekelompok pendaki berjumlah 17 orang yang berangkat dari Bremi. Setelah sama-sama mendirikan tenda dan memasak kamipun ngobrol bareng sampai malam. Setelah ngantuk kamipun tertidur.
Hari ketujuh
Kamis, 20-12-2012
08.30-10.50
Danau Taman Hidup – Ladang Damar (Perkebunan Ayer Dingin)
Pagi itu kami sarapan, ngobrol dan saling bersalaman karena masing-masing akan melanjutkan perjalanan. Sedang kami baru akan turun. Setelah siap, kami berjalan ke arah pertigaan tanda ke arah Danau Taman Hidup lalu ambil jalan ke kanan. Terus sampai menuju ladang damar. Waktu itu hujan deras dan kamipun sampai di gubug bawah. Disapa oleh warga karena kami berteduh dari hujan lebat.
setelah terang kami meneruskan perjalanan sampai pada jalan pertigaan. Kami ambil ke arah kanan sampai masuk desa dan meneruskan sampai ke jembatan yang terdapat sungai besar. Setiba diperkampungan kami bertemu sepasang pemuda-pemudi di sebuah SD.
11.50-12.10
desa wisata air terjun – Polsek Krucil
Dari SD kami langsung menuju arah Polsek krucil. Di Polsek kami mandi dan sudah ditunggu oleh mpu. Beberapa saat kemudian kami naik sampai terminal Bremi. Makan lalu ada seorang bapak-bapak yang menawari tumpangan sampai Surabaya (Bungurasih).
17.15-20.00
Terminal Bungurasih – Basecamp Lamongan
Malam itu kami mendapat bus walaupun penuh sesak. Dan akhirnya tiba juga di basecamp dengan selamat.
Posting Komentar